Home Nasional Lapan Beri Penjelasan Terkait Hujan di Musim Kemarau

Lapan Beri Penjelasan Terkait Hujan di Musim Kemarau

Facebook
Twitter

TELENEWS.ID – Indonesia merupakan negara tropis yang hanya memiliki dua musim, penghujan dan kemarau. Dimana sekarang ini harusnya masih termasuk dalam musim kemarau, namun terjadi fenomena alam yang berbeda, pasalnya intensitas hujan cenderung tinggi dan ini tidak hanya terjadi pada satu daerah saja.

Bahkan tingginya curah hujan ini dapat berakibat banjir di beberapa wilayah, seperti Jakarta, Bandung dan Semarang. Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya, apakah mungkin terjadi hujan dengan intensitas tinggi di musim kemarau? Ini mungkin saja terjadi.

Penjelasan ini bahkan datang langsung dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)Erma Yulihastin, selaku peneliti Klimatologi dari PSTA Lapan yang menyebutkan bahwa fenomena hujan dimusim kemarau ini akan terjadi di wilayah barat Indonesia (Sumatera dan Jawa), ini akan dimulai pada awal Juni.

Fenomena ini terjadi karena terjadi pengaruh dinamika laut-atmosfer di Samudera Hindia. Dinamika ini merupakan pembentukan pusat tekanan rendah yang berupa pusaran angin atau vorteks yang terjadi selatan Ekuator tepatnya di sekitar pesisir sebelah barat Sumatera dan Jawa. Kondisi ini akan terjadi sepanjang periode musim kemarau.

“Pembentukan vorteks ini akan berpotensi menimbulkan anomali di musim kemarau, dimana sepanjang Juli hingga Oktober tahun ini akan diprediksi cenderung basah” ujar Erma yang dikutip dari akun media sosialnya pada Jumat (25/06/2021).

Potensi anomaly musim kemarau ke arah basah ini juga diprediksi Erma akan mempengaruhi terbentuknya Dipole Mode negatif yang terjadi di sekitar Samudera Hindia. Hal ini akan menimbulkan fase basah khususnya di Indonesia bagian barat.

Erma menjelaskan pembentukan Dipole Model ini akan ditandai dengan kondisi semakin menghangatnya suhu pada permukaan laut di Samudera Hindia yang berada di sekitaran Sumatera. Namun kondisi sebaliknya terjadi di sekitaran Afrika, dimana permukaan laut disana cenderung mengalami pendinginan suhu.

Hal ini mengakibatkan terjadinya pemusatan aktivitas awan dan hujan dan berdampak pembentukan berkepanjangan, ini bisa terjadi di sepanjang musim kemarau dan terjadi pada sebagian besar wilayah Barat di Indonesia.

Bukan hanya akibat Dipole Mode Negatif, Erma juga menjelaskan ini merupakan kondisi sisa-sisa La Nina. Meskipun demikian La Nina sudah semakin melemah dan kini kondisinya sudah mulai netral. Sedangkan untuk fenomena Dipole Mode Negatif ini diprediksi terjadi pada bulan Juli hingga Agustus hanya dua bulan saja, namun bisa jadi tiga bulan sesuai dengan kriteria ilmiahnya.

Meskipun begitu, Erma mengatakan terjadinya hujan di musim kemarau di Indonesia bagian barat bisa lebih panjang, pasalnya ini dipengaruhi eksistensi vorteks sehingga diprediksi terjadi hingga Oktober mendatang. (Chairunisa)

Facebook
Twitter

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Yoyic Dairy Indonesia

Most Popular

Startup Indonesia Lakukan PHK Besar, Ada Apa?

TELENEWS.ID – Beberapa hari lalu, perusahaan startup Indonesia seperti LinkAja, Zenius, SiCepat, dan JD.ID melakukan pemutusan hubungan kerja kepada sejumlah karyawannya. Hal...

Elon Musk Batal Bangun Pabrik Tesla di India, Peluang Indonesia Semakin Besar

TELENEWS.ID – Dikutip dari India Times dan ABP Live, Elon Musk memutuskan untuk tidak berinvestasi di India dalam membangun pabrik mobil Tesla...

Ibukota Akan Pindah, Bagaimana Pertahanan Udaranya?

TELENEWS.ID - Pemindahan Ibukota negara ke Penajam, Paser Utara, Kalimantan Timur harus dibarengi dengan pertahanan udara yang maksimal. Karena, posisi Ibukota tersebut...

Pemprov DKI Mengandalkan SPAM untuk Mengatasi Akses Air Bersih

TELENEWS.ID - Untuk mengatasi masalah banjir dan juga menanggulangi masalah air bersih di DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta mendapatkan kucuran dana dari...