TELENEWS.ID – Matheus Joko Santoso selaku terdakwa kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan paket bantuan sosial (bansos) Covid-19 pada wilayah Jabodetabek tahun 2020, membeberkan mengenai penyerahan fee sebesar Rp14,7 miliar kepada mantan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara .
Adapun uang sejumlah Rp14,7 miliar tersebut merupakan penggabungan fee pengadaan paket bansos antara periode I, yakni pada April-Juni sebesar Rp11,2 miliar dan periode II pada Juli-Desember sebesar Rp3,5 miliar.
Joko mengungkapkan bahwa penyerahan fee pertama kali dilakukan pada bulan Mei 2020 dengan jumlah sebesar Rp1,7 miliar.
“Pada bulan Mei 2020 di ruang Kabiro Umum, Saya disampaikan ada permintaan Pak Juliari, jadi saya siapkan uang sejumlah Rp 1,7 miliar,” ungkap Joko dalam persidangan di Pengadilan, dikutip dari Antara, Senin (07/06/2021).
“Setelah uang sudah disiapkan, saya serahkan ke kepada Pak Adi Wahyono di ruang Kabiro Umum,” sambungnya.
Adi Wahyono sendiri kala itu merupakan pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) serta Kabiro Umum Kemensos.
Sebelumnya, uang fee tersebut didapatkan Joko dari sejumlah perusahaan yang telah memberikan uang kepadanya. Uang itu kemudian Ia simpan di apartemen Green Pramuka City, Cawang, Jakarta Timur.
Kemudian masih di bulan yang sama, Joko mengaku kembali memberikan uang pada Juliari sebanyak Rp1,5 miliar.
Joko mengatakan jika uang itu Ia berikan kepada Adi, lalu Adi menyuruh stafnya untuk memberikan ke Juliari melalui ajudan Juliari bernama Eko Budi Santoso atau Sekretaris Pribadi Juliari, Selvy Nurbaety.
Selanjutnya di bulan Juni 2020, Joko kembali memberikan uang untuk Juliari melalui Adi selama dua kali, dengan jumlah yang pertama sebesar Rp2 miliar dan yang kedua sejumlah Rp3 miliar.
Sedangkan pada Juli 2020, Joko kembali memberikan uang dengan jumlah sebesar Rp3 miliar, masih melalui Adi yang mengutus orang suruhannya bernama Boy.
“Kemudian Rp3 miliar pada bulan Juli 2020 saya serahkan melalui orang suruhan Pak Adi namanya Boy, karena saya ambil dulu uangnya di apartemen dan supaya cepat katanya Pak Adi dijemput oleh Boy, uang untuk apa, tidak dijelaskan,” jelasnya.
Dalam persidangan itu, Joko juga mengungkapkan bahwa saat itu Hotma Sitompul sebagai pengacara Juliari sempat berkunjung ke Kemensos untuk menemui kliennya itu, kemudian Adi meminta Joko untuk memberikan sejumlah uang kepada Hotma.
“Apakah uang yang Saya serahkan pada Boy uang yang sama untuk Pak Hotma atau tidak, saya tidak tahu,” ujar Joko.
Kemudian pada periode II pengadaan bansos Covid-19, Joko kembali memberikan uang kepada Juliari dari fee bansos sebesar Rp3,5 miliar.
“Pertama pada bulan Agustus 2020 sebesar Rp 1,5 miliar saya serahkan di ruangan Pak Adi Wahyono di lantai 1, kemudian setelah uang sudah ada, Pak Edi hubungi Pak Eko untuk teknis penyerahan uang,” kata Joko.
Joko juga mengungkapkan, pada bulan November 2020, ia memberikan lagi uang sejumlah Rp2 miliar fee pengadaan bansos kepada Juliari.
Penyerahan uang tersebut dilakukan di Bandara Halim, Jakarta Timur pada saat Juliari dan beberapa stafnya bersiap melakukan kunjungan kerja ke Semarang.
Sementara itu Juliari sendiri, ungkap Joko, meminta dua jenis fee pada perusahaan vendor penyedia paket bansos, antara lain yang pertama adalah fee setoran Rp10.000 per paket, dan kedua fee operasional dengan nominal Rp1.000 tiap paketnya.
Adapun jumlah anggaran pada setiap paket bansos adalah Rp300 ribu per paket, dan paket bansos tersebut antara lain berjumlah 1,9 juta untuk wilayah Jabodetabek. (Hifziyah).
