TELENEWS.ID – Mungkin anda pernah mendengar istilah ‘bermain api nanti terbakar’, namun idiom tersebut sepertinya tak menjadi masalah dalam tradisi ‘Ter-Teran’. Ritual unik daerah Karangasem, Bali, ini mengizinkan para pesertanya untuk saling ‘serang’ menggunakan daun kelapa kering yang bersalut api.
Berlangsung setiap dua tahun sekali di Desa Jasri, Ter-Teran dihelat untuk memohon keselamatan dan mengusir roh jahat. Masyarakat setempat mengakui tradisi terteran merupakan tradisi turun-temurun yang memiliki makna peleburan hawa atau sifat negatif dengan media berupa api. Makna tersebut sifatnya berupa penafsiran.
Terdapat sejumlah perdebatan mengenai asal kata ‘Ter-Teran’. Ada yang mengatakan itu merupakan bunyi ‘ter ter’ dari obor yang dilempar ketika tradisi, ada pula yang menyebut bahwa nama itu berasal dari kata ‘Meteer’ yang bermakna ‘memperlihatkan’.
Dalam konteks tersebut, Ter-Teran juga merupakan ajang para kaum laki-laki Desa Jasri untuk mempertontonkan ketangguhan dan keberanian mereka dalam menghadapi segala tantangan kehidupan yang direpresentasikan melalui api yang membara.
Dalam pelaksanaan tradisi ‘Ter-Teran’, kaum lelaki dibagi menjadi dua kubu yang berseberangan, yaitu Utara dan Selatan, depan balai masyarakat. Selama melaksanakan ritual ini masyarakat diwajibkan memakai kamen (kain Bali) dan mengikuti aturan tak tertulis yang berlaku, diantaranya tidak boleh berkata jorok atau kasar dan tidak diperkenankan membawa unsur dengki, kemarahan atau permusuhan.
Ter-Teran dilangsungkan dengan menggunakan prakpak (obor yang dibuat dari daun kelapa kering), yang diikat kemudian dibakar. Di bagian tengah prakpak biasa diisi sebatang tongkat kecil yang panjangnya hanya seperempat dari panjang total obor. Tongkat ini berfungsi sebagai bobot tambahan agar jangkauan lemparan lebih kuat dan akurat.
Sesaat setelah peluit atau aba-aba dibunyikan kedua kubu pun mulai melempar obor ke pihak lawan. Suasana menjadi bernuansa merah menyala akibat obor yang berseliweran di udara. Tak jarang obor tersebut malah salah sasaran dan bisa mengenai penonton bahkan teman sendiri, sehingga semua pihak di sekitarnya dihimbau untuk berhati-hati selama ritual berlangsung.
Keseruan dalam tradisi Ter-Teran sangat terasa seiring dua kelompok tersebut dengan semangat tinggi saling menyerang. Suara riuh gelak tawa pun terdengar ketika obor salah sasaran apalagi saat mengenai penonton.
Dalam Ter-Teran, tidak jarang peserta mengalami luka bakar namun luka tidak begitu serius, karena api sendiri hanya berasal dari daun kelapa kering. Peserta yang menderita luka bakar biasanya cukup diperciki tirta (air suci) diiringi doa kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa agar lekas pulih seperti sedia kala. (Billy Bagus)