TELENEWS.ID – Kemenangan meyakinkan Belanda kontra Austria membuktikan bahwa mereka beruntung masih memiliki Mathijs De Ligt. Bek sentra belia Juventus itu mampu menggalang pertahanan dengan baik dan mencegah terjadinya gol balasan ‘horor’ seperti pada laga versus Ukraina.
Pada laga pembuka mengadapi Ukraina, Belanda sempat unggul 2-0 namun mampu dikejar oleh gol Andriy Yarmolenko dan Roman Yaremchuck hanya dalam rentang waktu dua menit di penghujung babak kedua, namun Denzel Dumfries mampu mencetak gol penentu hingga hasil akhir menjadi 3-2.
Baik Stefan De Vrij maupun Nathan Ake yang diturunkan De Boer dalam skema tiga bek versus Ukraina terlalu mudah kehilangan konsentrasi dan tertarik ke segala arah oleh penyerang lawan. Hal ini menjadi sorotan pengamat dan disebut bisa menjadi salah satu penghalang Belanda maju ke babak selanjutnya.
Untunglah, di laga berikutnya, Oranje bisa kembali menurunkan Mathijs De Ligt.
Punggawa muda Juventus yang sebelumnya terpaksa absen akibat cedera perut itu menjadi sosok kunci kemenangan nyaman Belanda 2-0 atas Austria. Berbeda dengan dua rekannya di atas, De Ligt bermain seksama dan waspada di segala sisi. Bukan hanya bertanggung jawab pada perannya, pemain jebolan Ajax itu mampu mengorganisir lini pertahanan dan menjaga stabilitas sepanjang pertandingan.
Tidak seperti di laga pertama dimana Belanda sangat rentan terhadap serangan balik penyerang lawan yang bertipe ngotot, ujung tombak Austria bagaikan berjumpa tembok kokoh tiap kali harus berhadapan dengan De Ligt di kotak enam belas meter.
Salah satu contoh sahih adalah saat Christoph Baumgartner mampu melewati tiga pemain di babak pertama dan melepas sepakan terarah ke sisi atas gawang, De Ligt mampu menghentikan tembakan keras presisi itu dengan dahinya, kemudian langsung bangkit berdiri dan menjaga bola hingga kiper Maarten Sketelenburg keluar sarang untuk mengamankannya.
Level fokus serta komitmen De Ligt pun menular ke rekan lainnya sehingga kendati terus menekan, Austria tak mampu mendapat peluang emas untuk mencetak gol. Di sepanjang pertandingan ayunan tangan dan jari De Ligt serta suaranya senantiasa mengingatkan barisan pertahanan Belanda untuk mengawal posisi masing-masing dengan disiplin.
Usianya memang baru menginjak awal dua puluhan, namun De Ligt tak diragukan lagi merupakan sosok pemimpin di lapangan. Belanda bisa sangat berharap banyak padanya di sepanjang putaran final EURO 2020 yang tak bisa diikuti bek Liverpool Virgil Van Dijk karena cedera.
Jika dibandingkan, keberadaan De Ligt di kemenangan 2-0 versus Austria dengan kealpaannya di kemenangan 3-2 kontra Ukraina, bisa dinilai sendiri betapa vital peranan sang pemuda pada konsistensi barisan pertahanan Belanda. (Billy Bagus)
Untung Saja Belanda Masih Punya Mathijs De Ligt
TELENEWS.ID – Kemenangan meyakinkan Belanda kontra Austria membuktikan bahwa mereka beruntung masih memiliki Mathijs De Ligt. Bek sentra belia Juventus itu mampu menggalang pertahanan dengan baik dan mencegah terjadinya gol balasan ‘horor’ seperti pada laga versus Ukraina.
Pada laga pembuka menghadapi Ukraina, Belanda sempat unggul 2-0 namun mampu dikejar oleh gol Andriy Yarmolenko dan Roman Yaremchuck hanya dalam rentang waktu dua menit di penghujung babak kedua, namun Denzel Dumfries mampu mencetak gol penentu hingga hasil akhir menjadi 3-2.
Baik Stefan De Vrij maupun Nathan Ake yang diturunkan De Boer dalam skema tiga bek versus Ukraina terlalu mudah kehilangan konsentrasi dan tertarik ke segala arah oleh penyerang lawan. Hal ini menjadi sorotan pengamat dan disebut bisa menjadi salah satu penghalang Belanda maju ke babak selanjutnya.
Untunglah, di laga berikutnya, Oranje bisa kembali menurunkan Mathijs De Ligt.
Punggawa muda Juventus yang sebelumnya terpaksa absen akibat cedera perut itu menjadi sosok kunci kemenangan nyaman Belanda 2-0 atas Austria. Berbeda dengan dua rekannya di atas, De Ligt bermain seksama dan waspada di segala sisi. Bukan hanya bertanggung jawab pada perannya, pemain jebolan Ajax itu mampu mengorganisir lini pertahanan dan menjaga stabilitas sepanjang pertandingan.
Tidak seperti di laga pertama dimana Belanda sangat rentan terhadap serangan balik penyerang lawan yang bertipe ngotot, ujung tombak Austria bagaikan berjumpa tembok kokoh tiap kali harus berhadapan dengan De Ligt di kotak enam belas meter.
Salah satu contoh sahih adalah saat Christoph Baumgartner mampu melewati tiga pemain di babak pertama dan melepas sepakan terarah ke sisi atas gawang, De Ligt mampu menghentikan tembakan keras presisi itu dengan dahinya, kemudian langsung bangkit berdiri dan menjaga bola hingga kiper Maarten Stekelenburg keluar sarang untuk mengamankannya.
Level fokus serta komitmen De Ligt pun menular ke rekan lainnya sehingga kendati terus menekan, Austria tak mampu mendapat peluang emas untuk mencetak gol. Di sepanjang pertandingan ayunan tangan dan jari De Ligt serta suaranya senantiasa mengingatkan barisan pertahanan Belanda untuk mengawal posisi masing-masing dengan disiplin.
Usianya memang baru menginjak awal dua puluhan, namun De Ligt tak diragukan lagi merupakan sosok pemimpin di lapangan. Belanda bisa sangat berharap banyak padanya di sepanjang putaran final EURO 2020 yang tak bisa diikuti bek Liverpool Virgil Van Dijk karena cedera.
Jika dibandingkan, keberadaan De Ligt di kemenangan 2-0 versus Austria dengan kealpaannya di kemenangan 3-2 kontra Ukraina, bisa dinilai sendiri betapa vital peranan sang pemuda pada konsistensi barisan pertahanan Belanda. (Billy Bagus)