TELENEWS.ID – Menurut kabar yang beredar, Singapura sedang membuat rencana jangka panjang untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 setelah 18 bulan berjuang.
Ide tersebut dicetuskan oleh tiga menteri yang tergabung dalam Satgas Covid-19 Antar-Kementerian Singapura pada Kamis (24/6/2021). Ketiga menteri itu yakni Menteri Kesehatan (Ong Ye Kung), Menteri Industri dan Perdangan (Gan Kim Yong) dan Menteri Keuangan (Lawrence Wong).
Ketiganya menyebutkan Covid-19 tidak dapat dihilangkan dan akan menjadi endemik. Pada Mei lalu, Lee Hsien Loong yang menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura pun mengatakan bahwa pandemi akan mereda meskipun Covid-19 tidak akan hilang.
Dia menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘new normal’ adalah tindakan test, tracing dan treatment atau disebut juga 3T untuk mengendalikan Covid-19 serta menjalani protokol kesehatan dan juga pemberian vaksinasi secara merata.
Dengan begitu, Covid-19 akan diperlakukan seperti penyakit lain yang sudah ada sebelumnya, misalnya flu atau demam berdarah.
Dilansir dari Worldometers, Singapura telah melaporkan 62.544 kasus positif Covid-19, 62.195 orang pulih dan 36 orang untuk kasus meninggal. Lalu kasus aktif sebanyak 313 orang dan 4 orang pasien kritis.
Terkait jumlah tes, Singapura telah melakukan 13.287.834 kali tes. Sedangkan dilansir dari Our World in Data, Singapura telah memberi vaksin pada 5,03 juta orang dengan divaksinasi lengkap sebanyak 2,06 juta orang atau 36,1% dari populasi.
Beredarnya informasi tentang cara Singapura menghadapi Covid-19 pun menarik tanggapan dari Dicky Budiman yang merupakan epidemiolog dari Griffith University Australia, mengatakan bahwa hal itu baru bisa dilakukan dua tahun lagi dan bukan sekarang ini.
Dilansir dari berbagai sumber, dia menjelaskan bahwa Covid-19 masih berstatus sebagai pandemi karena tidak ada satupun negara yang menyebut virus itu sebagai endemik. Dia memberi contoh Australia yang bagus dalam menangani pandemi masih dalam status waspada karena jika menganggap Covid-19 sebagai endemik, akan banyak memakan korban jiwa.
Dicky Budiman pun menegaskan bahwa rencana Singapura yang diberitakan adalah untuk jangka panjang, bukan saat ini. Apalagi ‘new normal’ yang dimaksud bukan berarti bebas tanpa aturan sehingga memakai masker, menjaga jarak, menjaga sirkulasi ventilasi ruangan, membatasi mobilitas dan vaksinasi tetap berjalan demi menekan angka infeksi serta kematian di masyarakat.
Lalu, apakah Indonesia dapat mengikuti langkah pemerintah Singapura?
Dicky Budiman mengatakan bahwa negara-negara lain termasuk Indonesia bisa melakukan hal tersebut karena bukan rahasia lagi bahwa setiap negara bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.
Akan tetapi dia mengingatkan bahwa kunci keberhasilan dari langkah tersebut adalah 3T (test, tracing dan treatment), 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi) dan vaksinasi.
Hal tersebut pun menjadi masalah tersendiri karena dia menilai pemerintah Indonesia masih belum kuat dalam menerapkan 3T dan masyarakat belum disiplin dalam menerapkan 5M. (Dhe)